Pengalaman Muncak Mongkrang, Lawu
Malam minggu kemari saya dan beberapa teman muncak Mongkrang, Lawu. Kondisinya ramai banget, karena lapangan tempat parkirnya sampai penuh dengan motor dan mobil. Saat itu kami mulai mendaki pada jam 1.30 malam, ketika suhu sangat dingin dan angin berhembus sagat kencang. Jalur yang kami gunakan adalah jalur yang umum, tapi yang berbeda adalah jalur turun yang kami pilih.
Kami memilih jalur yang sangat sepi, lewat hutan yang masih alami dan lebat dan cukup jauh karena kami jadinya mengitari Mongkrang. Dalam sepanjang perjalanan tersebut, kami hanya bertemu 3 anak Mapala yang sedang survey jalur.
Hutan yang kami lewati benar-benar sangat jarang dilewati orang dan sepi. Sinar matahari saja hanya sedikit terlihat sehingga suasana gelap dan lembap. Untungnya tidak hujan karena jika hujan tentu saja akan mengerikan jadinya karena jurangnya cukup dalam. Banyak pohon rubuh hingga lapuk dan menghalangi perjalanan kami.
Dan lebih serunya lagi, kami membawa arang dan ubi manis 2 kg, nugget, jahe, gula batu, jeruk nipis dan lain-lain. Kalau hanya mie instan dan kopi kan sudah standar itu.π
Kami mengadakan acara bakar batu, eh bakar ubi, maksudnya di tengah hutan tersebut. Rasanya lezatnya luar biasa. Rasanya mungkin kaya orang baheula kali ya, jadi berburu dan meramu, eh pengumpul makanan dinkπ. Ubinya gosong kulitnya, tapi dalamnya tidak untungnya dan saya yakin tidak ada warung yang jual ubi macam itu.
Belum ada Komentar untuk "Pengalaman Muncak Mongkrang, Lawu"
Posting Komentar
Mohon isi komentar HANYA terkait dengan artikel yang di bahas di halaman ini. Di larang memberikan link aktif (kami akan menghapusnya dan melaporkan sebagai spam jika anda melanggar)